Noordin Tewas di Tengah Perang Buaya vs Cicak

MEDIA massa tengah gencar-gencarnya mem-blow up berita mengenai pertarungan antara buaya vs cicak. Polisi yang disebut sebagai buaya berhasil menahan dua petinggi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang disebut cicak.

Dua petinggi yang ditangkap polisi adalah Chandra M Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Mayoritas media massa menunjukkan keberpihakannya kepada KPK. Ini terlihat dari berbagai pemberitaan yang selalu membuat semacam flash back terhadap perjalanan kasus hingga kedua petinggi lembaga antikorupsi itu dilumpuhkan.

Media massa umumnya berpandangan buaya berusaha keras menghancurkan cicak dengan segala macam cara. Satu cara gagal, cara lain langsung dilakukan, hingga akhirnya dua petinggi KPK tersebut tak berkutik.

Dan ketika hampir semua media massa cetak, elektronik, dan online sedang gencar-genacarnya mengangkat topik pemberangusan KPK, mendadak ada penggerebekan terhadap Noordin M Top di Solo, Jawa Tengah. Sang gembong teroris nomor wahid di Indonesia itu pun dinyatakan tewas.

Dua isu yang sama-sama sexy bagi media massa. Tapi tentu saja kematian Noordin lebih sexy, mengingat dia adalah buronan yang sudah sembilan tahun menjadi buruan polisi. Bukan tidak mungkin polisi sudah sejak lama mengetahui keberadaan Noordin. Maksudnya, sang gembong teroris selalu dibuntuti ke manapun dia pergi dan berada dan setiap waktu polisi bisa saja membekuknya. Namun, perlu timing yang tepat untuk membekuknya. Dan waktu yang tepat itu adalah ketika isu buaya vs cicak mencuat.

Kapolri Bambang Hendarso Danuri pada pukul 16.00 Wib, memastikan bahwa Noordin M Top tewas dalam penggerebekan di Solo. Kepastian itu berdasar sidik jari. Dan tes DNA masih dilakukan untuk lebih memastikannya. Hasil tes DNA akan diketahui setelah 30 jam ke depan, yakni pada Jumat (18/9/2009).

Kita wajib memberikan apresiasi atas keberhasilan Polri menewaskan Nordin M Top cs. Namun pertanyaan saya, apakah sebuah kebetulan waktu tewasnya bersamaan dengan mencuatnya isu Polri vs KPK? (*)

4 pemikiran pada “Noordin Tewas di Tengah Perang Buaya vs Cicak

  1. Makanya jangan coba2 jadi teroris, jadilah KORUPTOR !!!!.
    Koruptor akan dilindungi di sini, praduga tidak bersalah akan melindungi.
    Kalau teroris praduganya salah besar, terbukti atau tidak. tembak mati dulu, engga ada urusan………
    Hidup NKRK…..negara kesatuan republik koruptor………

    Suka

  2. Sebaiknya kita positiv thinking + acungi jempol dg kinerja polisi dalam mengejar teroris kalaupun hasilnya hidup atau mati teroris tsb adalah sebuah proses,masalah kpk vs polisi biar saja kalau memang semua beritikat baik.

    Suka

Tinggalkan komentar