The Perfect Matador..!

* Kurcaci Mampu Atasi Raksasa

LUAR biasa! Spanyol benar-benar perfect. Sempurna! Mereka sukses menyapu bersih enam pertandingan tanpa kalah sejak penyisihan grup hingga final Euro 2008. Mencetak 16 gol dan hanya kebobolan lima gol (termasuk adu penalti 4-2 lawan Italia). Striker mereka, David Villa, juga menjadi top skor dengan 4 gol.

Pasukan El Matador atau La Furia Roja, menjadi juara Euro 2008 setelah menang 1-0 atas Die Nationalelf Jerman pada laga final di Stadion Ernst Happel, Wina, Austria, Minggu ( 29/6/2008 ) atau Senin waktu Indonesia.
Gol semata wayang itu diciptakan oleh striker Liverpool Fernando “El Nino” Torres di menit 33 babak pertama, sekaligus gol terakhir Euro 2008. Sang pahlawan memang tampil ngotot sejak awal. Nyaris mencetak gol melalui sundulan yang hanya membentur tiang kanan gawang Jerman. Kemudian membuat sejumlah peluang. Akhirnya, setelah memenangkan duel atas Philipp Lahm, dia mencocor bola ke gawang Jens Lehmann yang sudah terlalu maju.

Kemenanagan itu membuktikan bahwa kemegahan postur tubuh bukan jaminan. Tim besutan Luis Aragones yang rata-rata ‘hanya’ berpostur 171 cm dibanding postur para pemain Der Panzer yang rata-rata 184 cm (berselisih 13 cm), tetap tampil superior. Para “kurcaci” Spanyol mampu mengatasi pasukan “raksasa” Jerman.
Statistik pertandingan menunjukkan Spanyol berhasil menciptakan 14 tembakan, tujuh di antaranya terarah ke gawang (on goal) dan 1 gol. Sebaliknya Jerman hanya menciptakan 4 tembakan ke gawang dan hanya satu on goal, melalui tembakan jarak jauh Michael Ballack.

Sepakbola memang bukan soal postur. Tapi lebih pada teknik, skill individu, kerjasama tim yang solid, dan racikan strategi yang mumpuni. Strategi pelatih uzur, Luiz Aragones (69), mampu mengalahkan strategi Pelatih Joachim Loew yang masih muda. Mereka pun kembali mengangkat tropi juara Eropa kedua kali, setelah tropi pertama yang diraih 44 tahun silam (1964).

Jerman yang di awal babak pertama lebih menguasai jalannya pertandingan, tak mampu mempertahankan performa mereka. Gempuran demi gempuran Miroslav Klose dkk, tak mampu menembus pertahanan Spanyol yang digalang Carles Puyol dan Sergio Ramos.

Ramos bahkan layak digelari Player of the Match. Bek Real Madrid ini bermain gemilang di sisi kanan pertahanan Spanyol, sekaligus menutup kelemahan Puyol yang relatif lamban. Dia berhasil meredam pergerakan Lukas Podolski dan Philip Lahm. Bahkan Michael Ballack dan Bastian Schweinsteiger tak bisa leluasa karena pergerakannya selalu dimatikan Ramos dan Marcos Senna. Sayangnya, Jerman justru terus-terusan menyerang dari sektor ini.

Satu lagi faktor kemenangan Spanyol adalah materi pemain yang relatif lebih merata. Hal ini bisa juga dilihat dari jumlah gol yang berhasil dicetak dan pemain yang mampu mencetak gol. Ada tujuh pemain Spanyol sukses mencetak gol. Sementara di kubu Jerman hanya ada lima pemain yang mencetak gol.

Jerman juga cenderung bergantung pada sosok sang kapten Michael Ballack. Celakanya, Mr Almost (selalu nyaris juara) tidak fit, sehingga tak bisa tampil dalam performa terbaiknya. Performanya malah kian melorot setelah pelipisnya berdarah akibat berbenturan dengan Senna. Gelandang Spanyol keturunan Brasil ini pun lebih mudah mengontrol lapangan tengah bersama Xavi Hernandez.

Klose tak berdaya di depan. Demikian pula Kevin Kuranyi dan Mario Gomez. Lukas Podolski dan Bastian Schweinsteiger pun tak kunjung menemukan performa terbaiknya hingga peluit panjang babak kedua ditiupkan wasit Roberto Rosetti dari Italia.

Satu hal lagi yang perlu dicatat, hasil tersebut semakin membuktikan bahwa kompetisi La Liga Spanyol lebih baik dibanding Bundes Liga Jerman. Karena para pemain di kedua kubu kebanyakan merumput di kompetisi lokal masing-masing. Maka El Matador pun berhak mengangkat trofi Henry Delaunay untuk kedua kalinya. Perfect..!(*)

3 pemikiran pada “The Perfect Matador..!

Tinggalkan komentar