Lengkapnya nama saya Eddy Mesakh. Biasa disapa Eddy. Lahir hingga besar di Desa Lasiana, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dulu kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana (Undana), Kupang-NTT. Pernah bekerja sebagai redaktur (editor) di Harian Umum Tribun Batam dan Tribun Manado, korannya Kelompok Kompas Gramedia (KKG).
Saya lebih suka bekerja dibanding bicara. Bagi saya, sudah terlalu banyak orang yang berbicara, sehingga lebih baik saya kerja saja. Satu hal lagi, menurut saya, lebih baik terlambat sedikit tapi akurat, daripada lebih cepat tapi meleset. :)
Saat ini, hal yang paling penting dalam hidup saya adalah mendidik dan membesarkan anak-anak saya dengan sebaik-baiknya. Saya akan sangat gembira apabila suatu saat mereka menjadi orang-orang yang benar-benar expert di bidangnya, apa pun itu. Itu tugas saya yang paling utama saat ini.
Saya sangat mencintai perbedaan. Karena perbedaan lah yang membuat dunia begitu indah: sangat beragam dan penuh warna. Secara pribadi bahkan sangat mengkhawatirkan pemikiran-pemikiran yang suka memaksakan kehendak, getol memperjuangkan keseragaman. Mereka adalah ancaman serius terhadap keberagaman dalam kehidupan ini.
Saya suka perubahan, karena hanya perubahan lah yang kekal dalam kehidupan ini. Perubahan pula lah yang mengantar kita kepada kehidupan di era modern saat ini. Perubahan akan terus membawa kita ke era yang lebih baik lagi. Tentu saja perubahan bernilai positif. Salam damai.
ARTIKEL ini sama sekali tidak bermaksud menyerang calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Saya hanya menanggapi kicauan Anies di twitter pada 23 Februari 2017. Kicauan di akun @aniesbaswedan itu saya kutip di bawah ini: “Teman-teman, pilkada ini bukan soal siapa yang akan menjadi pemimpin, masalah sebenarnya adalah bagaimana nasib rakyat nanti?” Tampaknya Anies mengkhawatirkan nasib rakyat Jakarta jika salah pilih pemimpin pada Pilkada putaran II … Lanjutkan membaca Anies Baswedan: Bagaimana Nasib Rakyat Nanti?
BARU-BARU ini, persisnya 19 April 2016, Presiden Jokowi berbincang hangat dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron, di Kantor PM Inggris, London. Dalam pertemuan itu, Presiden Jokowi mengatakan, “Sebagai negara muslim terbesar di dunia, Indonesia mempunyai peran untuk menunjukan kepada dunia bahwa dalam Islam, demokrasi dan toleransi dapat beriringan.” (Tempo.co)
Jokowi benar. Dan dia menyebut Islam, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah penganut Islam dan wajah Islam Indonesia yang sebenarnya adalah Islam yang toleran. Wajah asli Islam Indonesia dengan mudah bisa kita temui di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT).
JAKARTA – Berdasar hasil survei Bank Dunia, peringkat Easy of Doing Business (EODB) atau kemudahan berusaha di Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-109 dari 189 negara yang disurvei. Posisi ini tertinggal jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura posisi 1, Malaysia (18), Thailand (49), Brunei Darussalam (84), Vietnam (90), dan Filipina (103).
Pemerintahan Presiden Joko Widodo memangkas puluhan prosedur dan perizinan yang menghambat dunia usaha dan investasi, dan sekaligus menerbitkan 16 aturan baru untuk mempermudah para pelaku usaha sekaligus untuk meningkatkan peringkat EODB Indonesia. Jokowi menargetkan peringkat EODB Indonesia berada di posisi 40.
Berikut 16 peraturan yang diterbitkan pemerintah dalam Paket Kebijakan Ekonomi XII, yang diumumkan di Kantor Kepresidenan Jakarta, Kamis (28/4/2016):
JAKARTA – Pemerintahan Presiden Joko Widodo memangkas 45 prosedur terkait perizinan, pajak, perkreditan, ekspor-impor, perlindungan investor, dan lain-lain serta menghapus tiga perizinan untuk meningkatkan kemudahan berusaha di Indonesia. Tak hanya memangkas prosedur dan jumlah perizinan, pemerintah juga memangkas waktu dan biaya perizinan menjadi lebih singkat dan murah. Upaya ini untuk menjawab 10 indikator tingkat kemudahan berusaha yang ditetapkan oleh Bank Dunia.
Asal tahu, sebagaimana survei Bank Dunia, peringkat Easy of Doing Business (EODB) Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-109 dari 189 negara yang disurvei. Posisi ini tertinggal jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Singapura posisi 1, Malaysia (18), Thailand (49), Brunei Darussalam (84), Vietnam (90), dan Filipina (103).
Dikutip dari ksp.go.id, disebutkan bahwa Presiden Jokowi dalam beberapa rapat kabinet terbatas menekankan pentingnya menaikkan peringkat EODB atau Kemudahan Berusaha Indonesia hingga ke posisi 40. Untuk itu harus dilakukan sejumlah perbaikan, bahkan upaya ekstra, baik dari aspek peraturan maupun prosedur perizinan dan biaya, agar peringkat kemudahan berusaha di Indonesia – terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), semakin meningkat. Lanjutkan membaca “PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XII: Jokowi Pangkas 45 Prosedur dan 3 Jenis Perizinan”
Seorang warga Nusa Tenggara Timur (NTT), DR Jonatan Lassa, menulis surat terbuka ditujukan kepada Presiden Jokowi agar menghentikan rencana pembangunan Jembatan Palmerah di Flores Timur. Nilai proyek jembatan ini mencapai Rp 5,1 triliun, dianggap tidak pas untuk saat ini, dimana masih 50 persen anak-anak/Balita di NTT mengalami gizi buruk.
Penulis surat berpandangan, tidak sepantasnya pemerintah NTT menghabiskan dana hingga Rp 5,1 triliun pada satu titik, sementara ada hal yang lebih mendesak, seperti buruknya tingkat kesehatan masyarakat.
Berikut isi surat yang ditulis Jonatan di note facebooknya dan telah di-share lebih dari 50 kali.